Kamis, 26 Mei 2011

Tips dan Trik

Tips Menata Ruang Tamu Mungil

Punya rumah mungil kadang membuat pemilik rumah sedikit kelimpungan dalam menata ruangan. Apalagi dalam membagi antara ruang tamu, ruang tidur, dan ruang keluarga. Yang ketiga ruang tersebut membutuhkan area yang lumayan luas agar lebih leluasa. Apalagi untuk ruang tamu, ruangan yang lebih sering dilihat oleh orang lain.
Namun, ruang tamu yang mungil juga tetap harus ditata dengan baik, karena ruang tamu adalah ruang pertama yang bisa mencerminkan karakter pemilik rumah. Berikut ini tips sederhana dari VIS Interior dalam menata ruang tamu mungil. " Prinsipnya jangan memenuhi ruang tersebut dengan furniture, cukup sediakan dua buah sofa dengan dua tempat duduk, satu sofa 1 dudukan, dan meja. Kalau ruangan masih tersisa bisa ditambahkan dengan credenza dan meja sudut," ujar Vanni Yuana, owner VIS Interior.
Peletakan Sofa
Jika luas ruangan memungkinkan, kedua sofa bisa disandarkan ke dinding agar ruangan terlihat lega. Jika tidak, cukup sandarkan salah satu sofa yang ukurannya paling besar. Yang penting, peletakkan tidak mengganggu alur sirkulasi dari pintu masuk ke ruang lainnya.
Kombinasi Dua Sofa
Untuk menciptakan gaya yang sedikit unik, gunakan dua sofa yang berbeda baik bentuk, desain, ataupun warnanya. Sebagai benang merah antara keduanya, biasanya berupa warna.
Bermain dengan Warna
Jika ruang tamu menyatu dengan ruang makan, akan sangat tepat bila kamu mencoba memainkan warna. Selain menambah estetika nilai ruangan, permainan warna bisa menjadi pembatas maya dan membedakan ruang tamu dengan ruang lainnya.
Kesan Natural dan Modern
Untuk memberi kesan dan suasana yang hangat, cobalah memakai warna bernuansa natural seperti coklat, krem, dan warna putih. Warna putih bisa memantulkan cahaya sehingga ruangan akan terlihat lebih luas dan lebih terang. Jika takut warna putih cepat kotor, bisa gunakan warna lain yang sifatnya terang namun masih bersifat natural, seperti krem atau hijau muda.
Tambahkan Lukisan
Sebagai penyegar, pasanglah beberapa lukisan bernuansa modern atau tradisional di dinding ruang tamu. Untuk warnanya, pilihlah yang sifatnya kalem dan natural, seperti coklat, hijau, dan biru laut. (tika)

Lima Tanda Orang yang Diterima Shalatnya





SUDAH sering kita mendengar bahwa shalat adalah tiang agama. Shalat adalah amal yang paling pertama ditanya oleh Allah di hari kiamat. Jika shalat kita baik, baiklah seluruh amal perbuatan lainnya. Namun jika shalat kita jelek atau bahkan nol besar, maka buruklah semua perbuatan yang kita jalani, demikian petuah Nabi SAW kepada kita sekalian.

Sesekali kita perlu merenung, baikkah shalat yang kita kerjakan? Suatu waktu kita perlu berpikir, apakah shalat kita diterima di sisi-Nya? Bukankah Allah pernah berfirman celakalah orang-orang yang shalat? Siapakah di antara kita yang diterima shalatnya? Dan seperti apa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya? Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan ada 5 tanda orang yang shalatnya diterima.

Pertama, dia yang merendahkan diri dengan shalatnya karena kebesaran Allah. Shalat yang diterima adalah shalat yang penuh kerendahan diri di hadapan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Orang yang rendah diri akan mampu merasakan khusyu` dalam hatinya. Jiwanya sadar dan mengerti dengan siapa ia saat ini menghadap.

Karena itu, sebelum shalat, yang harus ditata terlebih dahulu adalah hati. Hati itu seperti pohon. Bila dahannya rindang, burung-burung pun senang hinggap di atasnya. Bila hati bercabang pikiran-pikiran dan nafsu pun senang bermain di dalamnya. Shalatlah shalat yang memutuskan perpisahan dari dunia. Allah tidak akan terasa bila urusan dunia menggelayut dalam hati.

Kedua, orang yang tidak menyombongkan diri kepada makhluk Allah. Rasa tawadhu` dengan sendirinya menghilangkan sikap angkuh dan sombong kepada sesama makhluk. Kekuasaan yang ada di genggamannya tidak menyebabkan dirinya lupa daratan lalu berbuat sewenang-wenang karena ia sadar bahwa kekuasan adalah amanat Allah.

Orang yang diterima shalatnya adalah orang yang tidak menyombongkan dirinya kepada siapa pun. Meski ia kuasa, pandai, dan kaya. Tidak termasuk orang yang diterima shalatnya kalau bertingkah sombong kepada sesamanya.



Ketiga, orang yang tidak mengulangi maksiat kepada Allah. Dalam hidup, sekali waktu kita pernah terjerembab dalam kubangan dosa. Mungkin di antara kita ada yang pernah memalsukan kwitansi jual-beli. Mungkin ada dari kita yang pernah menjadi tukang copet, koruptor, atau penjual kehormatan. Mungkin ada dari kita yang pernah berdusta, menggunjing, berbohong, menebar janji-janji `surga' kepada rakyat saat Pilkada yang tak ditepati. Kenanglah perbuatan masa lalu itu sebelum shalat, lalu lakukan shalat dengan hati taubat dan siap menghadap kepada-Nya.

Menangis dan mengemislah kepada Allah, memohon ampunan atas gulungan ombak dosa seraya berucap, “Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.” Usai shalat, jangan ulangi maksiat yang pernah kita lakukan.

Keempat, orang mengisi sebagian siangnya dengan berzikir kepada Allah. Waktu bagi orang mukmin, amatlah berharga. Manajemen waktu dilaksanakan dengan penuh kedisplinan. Sebagian detik-detiknya ia lalui dengan meladeni Allah, bersimpuh sujud, ingat dan tawakkal kepada-Nya.

Nabi yang merupakan sosok dengan keterjagaan dari segala dosa, baik yang telah lewat maupun akan datang, toh beliau tidak jumawah. Beliau beristighfar memohon ampunan kepada Allah tidak kurang 100 kali dalam sehari. Bagaimana dengan kita?

Kelima
, orang yang menyayangi orang miskin, orang dalam perjalanan, wanita yang ditinggal suaminya, dan yang mengasihi orang yang ditimpa musibah. Shalat yang dilakukan membekas dalam kehidupan sebagai khalifah Allah yang saling cinta-mencintai, sayang-menyanyangi antara satu dengan lainnya. Ibadah sosial menjadi warna-warni bunga hidupnya yang senantiasa ia berikan kepada siapa saja untuk membahagiakan diri orang lain yang membutuhkan.

Bila kelima ciri orang yang diterima shalatnya ini telah terpenuhi, maka kata Allah:

“Cahayanya bagaikan cahaya matahari. Aku lindungi dia dengan kekuasaan-Ku. Aku perintahkan malaikat menjaganya. Aku jadikan cahaya dalam kegelapannya. Aku berikan ilmu dalam ketidaktahuannya. Perumpamannya dibandingkan dengan makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.”